Hujan lebat mulai mengguyur Pulau Bali bebrapa hari terakhir, khususnya daerah penghasil bata merah utama di Bali, yakni Kabupaten Jembrana. Akibat guyuran hujan itu, produksi bata merah di Bali bagian barat itu jadi terhambat dan harganya merambah naik, berkisar antara Rp 380.000-Rp 400.000 per seribu biji. "Kenaikan harga bata merah sudah lazim bila memasuki musim hujan," kata Yahya Aziz, pembuat bata merah di Tegal Badeng, Kecamatan Negara, Jembrana. Kepada Republika Ahad (6/12), Yahya mengatakan, produksi bata merah memerlukan panas yang cukup, karena sebelum proses pembakaran, bata merah harus dijemur hingga kering. Kalau musim hujan turun, maka proses pengeringan akan terganggu, bakan kerap bata merah hancur terkena air hujan. Karena itulah jelas Yahya, pengusaha bata merah menahan diri untuk berproduksi selama musim hujan dan karena permintaan cukup tinggi, sedangkan produksi terbatas, harga bata merah terus naik.
Kabupaten Jembrana dikenal sebagai salah satu daerah pembuat bata merah untuk konstruksi dengan kualitas yang cukup bagus. Sedangkan daerah lain di Bali seperti Tabanan dan Gianyar, dikenal dengan produksi bata merah yang digunakan untuk keperluan arsitektur. Ada beberapa desa di Jembrana yang menjadi pusat pembuatan bata merah, yakni Melaya, Tegal Badeng, Cupel dan Banyubiru. Produksi bata merah di daerah-daerah itu total mencapai ratusan ribu bata merah, yang disuplai ke Denpasar dan berbagai daerah di Bali.
Menurut Yahya, kendati pun harga bata merah Jembrana berangsur naik, namun permintaan pasar masih cukup bagus, lantaran kualitasnya yang tidak tertandingi oleh produksi bata merah dari kabupaten lainnya. Dengan harga seperti itu jelas Yahya, harganya masih terhitung murah, karena bata merah Jembrana dijual di pasaran di Denpasar bisa mencapai Rp 675.000-Rp 700.000 per seribu bata merah. "Saya kira masyarakat mementngkan kualitas yang bagus, ketimbang harga," katanya.
Sementara itu, kontraktor bangunan asal Denpasar, Ir Robin Bimantoro mengatakan, dia senantiasa memilih bata merah asal Kabupaten Jembrana untuk bahan bangunan yang digarapnya. Menurut Robin, kualitas bata merah Jembrana lebih unggul dibandingkan kabupaten lain di Bali, bahkan dibandingkan dengan bata merah asal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Dakuinya, setiap musim hujan, harga bata merah Jembrana memang naik, tetapi demikian pula dengan bata merah dari darah lainnya. Kenaikan harga bata merah saat musim hujan itu juga sudah difahami oleh para konsumen, sehingga hampir tidak ada yang memasalakannya. "Lagi pula kenaikannya masih dalam batas kewajaran, hanya sekitar sepuluh persen," katanya. ahmad baras/pur
sumber:
http://koran.republika.co.id/berita/93872/Musim_Hujan_di_Bali_Harga_Bata_Merah_Merambat_Naik
Harga Sekam Melambung, Pembuat Batu Bata Menjerit
Para pengrajin batu bata menjerit, pasalnya selain
permintaan lagi seret, harga bahan bakar jenis sekam (kulit padi kering) yang dipakai mengeringkan batu bata kian melambung.
Terkait persoalan ini, para pengrajin yang kebanyakan berasal Keramas, Blahbatuh dan Tulikup Gianyar itu tidak bisa ngomong banyak. Karena tidak ada pekerjaan lain.
Seperti misal yang disampaikan oleh salah satu pengrajin Batu Batu asal Banjar Gel-Gel, Keramas, Wayan Kade menuturkan, untuk bahan bakar jenis sekam harga per-truknya mencapai Rp 650 ribu. Bahkan, kadang–kadang harganya bisa juga Rp 700 ribu per truknya, gimana kami tidak menjerit, jelas Kade, Rabu (2/9).
Satu truk sekam sambung Kade, bisa mengeringkan 5 ribu
bata merah. Untuk menjalankan usaha miliknya, Kade mengerjakan dua orang buruh. Jumlah karyawannya terus menyusut karena lesunya penjualan bata merah di pasaran.
Untuk bisa menghasilkan bata merah diperlukan beberapa proses, mulai dari mengali tanah liat. Tanah yang telah diaduk selanjutnya dimasukan ke alat cetak. Dengan buruh dua orang, bata merah yang dicetak setiap hari bisa mencapai
500 buah.
Sementara untuk mengeringkan dibutuhkan waktu sampai tiga minggu agar bisa dijual. Untuk mencegah bata merah retak, saat dikeringkan harus ditata rapi.
Lantas berapa harga jual bata merah kepada konsumen?
Kade menyebutkan, harga jual cetak per 1000 batu merah Rp 650 ribu. Ini berbeda dengan harga bata merah jenis asaban yang harganya bisa mencapai Rp 1 juta per 1000 bata merah.
Saya hanya menjual jenis cetakan. Kalau jenis asaban biasanya dijual di Tulikup, ungkapnya. (Art)
sumber :
http://www.beritabali.com/index.php?reg=&kat=ekbis&s=news&id=200909020008